Friday, April 15, 2011

Abuya Hj Ashaari Muhammad adalah Putera Bani Tamim






ALLAH SWT berfirman di dalam Al Quran:

Artinya: “Dan bagi setiap generasi ada yang memberi petunjuk.”

(Ar Raad: 7)

Petunjuk yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah rasul-rasul dan nabi-nabi. Artinya pada setiap zaman, Allah pasti akan mendatangkan orang-Nya yang menjadi petunjuk kepada manusia.

Di zaman ada rasul maka rasul membawa syariat baru dari Allah. Di zaman tiada rasul, nabi-nabi didatangkan untuk menyampaikan syariat rasul yang sebelumnya. Tetapi di segi aqidahnya tetap sama, yakni setiap rasul datang untuk mengenalkan Allah sebagai Tuhan kepada manusia. Hanya syariatnya saja yang berbeda.

Sepanjang umur dunia, Allah telah mengutus 313 orang rasul. Ada juga yang mengatakan 314 atau 315 orang rasul semuanya. Adapun jumlah nabi sebanyak 124 ribu orang. Nabi-nabi ini datang diantara atau di celah-celah kedatangan rasul. Ada juga yang datang bersama-sama dengan kedatangan rasul.

Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir. Setelah itu tidak ada lagi nabi atau rasul sebab baginda ialah Nabi akhir zaman. Sesudah kewafatan baginda SAW, dunia bersambung untuk 15 kurun lagi sebelum Kiamat. Artinya selama 1500 tahun, manusia mempunyai nabi yang telah wafat. Apa artinya ini?

Rasulullah Terus Memimpin

Kewafatan Rasulullah SAW bukan berarti berakhirnya misi baginda sebagai rasul dan nabi. Bahkan ketika saat kematiannya baginda menyebut, "Ummati, ummati...." Tangisan baginda mengenang nasib umatnya itu membawa arti bagindalah yang akan menyelamatkan umatnya dengan izin Allah. Sebagai Rasul, tentu Allah ada cara-Nya untuk menjadikan seorang yang sudah wafat supaya dapat berperanan menyelamatkan orang yang hidup.

Hal ini bukanlah suatu yang mustahil. Dalam kitab-kitab terdapat banyak kisah menceritakan bagaimana orang mati (roh orang soleh) dapat membantu orang hidup. Kalau orang soleh pun dapat membantu secara roh, tentulah hal ini Tuhan izinkan terjadi juga kepada Rasulullah SAW (lihat Lampiran 2) setelah kewafatannya dalam memikul tugas sebagai Nabi dan Rasul akhir zaman. Bahkan sebelum kelahirannya, roh atau nur Muhammad yang suci itu telah berperanan. Nabi Adam a.s. pernah bertawasul dengan Rasulullah SAW ketika melihat nama Muhammad digandingkan dengan nama Allah di Syurga.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, bumi telah mengadu kepada Tuhan mengapa tidak ada lagi nabi yang berjalan di atasnya sesudah Nabi Muhammad SAW. Amirul Mukminin Sayidina Ali k.w. juga telah berdoa: “Ya Allah, ya Tuhanku! Biarlah bumi ini tidak sepi dari penegak agama-Mu dengan hujah, baik itu secara terang-terangan ataupun secara sembunyi.”

Walau bagaimanapun, dengan rahmat dan kasih sayang Allah SWT, bumi ini sebenarnya tidak pernah kosong dari para ulama yang hak dan para kekasih Allah dari kalangan wali Autad dan Abdal yang membawa manusia kembali kepada Tuhan.

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Bahwa para ulama itu adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tiada mewariskan umatnya harta benda, tetapi mereka mewariskan umatnya ilmu pengetahuan.” (Hadist diriwayatkan dari Anas, tersebut dalam kitab Al Jamius Shoghir)

Dalam Hadist yang lain Rasulullah bersabda:

Artinya: Para ulama umatku sama seperti para nabi Bani Israil. (Menurut Fakhrurrazi, Ibnu Qudamah, Al Baziri dll)

Nabi-nabi Bani Israil yang dimaksudkan dalam Hadist di atas, mereka muncul di celah-celah terputusnya kezahiran para rasul Bani Israil. Contohnya Nabi Samuel a.s. yang muncul di waktu kekosongan rasul yaitu setelah berlalunya zaman Nabi Zulkifli a.s. dan sebelum kedatangan Nabi Daud a.s. Manakala setelah kewafatan Rasulullah SAW, tidak ada lagi nabi sesudahnya. Lalu Rasulullah mengibaratkan para ulama yang hak di kalangan umatnya ini sebagai pewarisnya dan menggantikannya dalam tugas memikul tanggung jawab meneruskan seruan agama Allah SWT. Begitu sekali nabi memuliakan para ulama di kalangan umatnya dari segi peranan menyampaikan seruan, bukan dari sudut derajat kenabian.

Begitu juga dengan rahmat Allah SWT, di sepanjang zaman hingga saat ini dunia tidak pernah putus dari adanya para wali Autad dan Abdal yang karena ketakwaan merekalah Allah menurunkan rahmat-Nya ke muka bumi. Hanya mereka tidak dikenali umum. Tetapi bagi para mujaddid yang berperanan di setiap awal kurun, kepemimpinan mereka lebih menonjol dibandingkan dengan ulama-ulama lain. Ini karena mereka adalah ulama yang berwatak rasul (yakni mereka mendidik dan memimpin manusia menuju Tuhan). Oleh karena itu menjadi tanggung jawab umat Islam di setiap awal kurun untuk mencari mujaddid di kurunnya karena hal itu adalah kabar gembira dari Rasul.

Kepemimpinan Rasulullah Melalui Mujaddid

Nampaknya teknik yang digunakan oleh Allah untuk memudahkan Rasulullah SAW terus memimpin umat setelah kewafatan beliau itu dapat dibaca dalam sabda Rasulullah SAW yaitu:

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. katanya bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mengutus pada umat ini di setiap awal 100 tahun seorang (mujaddid) yang akan memperbaharui urusan agama mereka.” (Riwayat Abu Daud)

Jadi berdasarkan Hadist tadi, jelas bahwa di setiap awal kurun (Hijriah), Allah mengutus seorang mujaddid.

Mujaddid artinya orang yang membawa pembaharuan. Dalam bahasa Inggris dikatakan ‘reformer' yang berarti pembaharu. Tugas mujaddid adalah untuk memperbaharui urusan agama. Mujaddid datang bukan membawa agama baru atau memperbaharui isi Al Quran. Mereka tetap membawa isi Islam sepertimana yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Cuma penafsiran tentang isi Al Quran dan Hadist itu saja yang diperbarui melalui ilham dari Tuhan yang mana penafsiran itulah yang paling tepat dan sesuai untuk diamalkan di zamannya.

Roh Rasulullah SAW diizinkan Allah untuk hadir (yaqazah) mengajarkan melalui ilham yang jatuh ke hati para mujaddid. Hakikatnya Rasulullah-lah yang melakukan tugas sebagai Nabi akhir zaman untuk menghidupkan agama Islam atau Al Quran dan Sunnah setiap 100 tahun sekali.

Rasulullah-lah yang memonitor setiap mujaddid sehingga mereka bukan hanya mampu mentafsirkan Al Quran dan Sunnah tetapi juga mengamalkannya dalam diri, keluarga, jemaah dan perjuangannya. Sehingga jadilah setiap mujaddid yang lahir di awal kurun itu dapat di ibaratkan sebagai ‘Al Quran bergerak' di kurun tersebut. Keindahan Islam yang dibawa dan diperjuangkannya berhasil menjadi contoh atau role model, sehingga hasilnya manusia jatuh hati kepada Tuhan dan syariat-Nya.

Mengapa Tuhan memilih kaedah ‘mujaddid' sebagai saluran untuk Rasulullah berperanan?

Karena Allah mau menunjukkan kuasa-Nya yang Maha Agung terhadap Nabi Muhammad SAW yang mana Nur Muhammad itu adalah lebih dominan daripada fisiknya. Nur Muhammad kekal wujud dan berperanan sejak pertama kali diciptakan sebagai ciptaan paling utama dan akan terus berperanan walaupun terhadap makhluk paling akhir yang akan dimatikan.

Jasad Rasulullah SAW yang kekal tidak rusak, yang ada di bumi Madinah itu pun merupakan satu kekuatan simbolik umat Islam. Ditambah lagi dengan roh baginda yang cukup kuat dan aktif bekerja sesudah wafatnya adalah satu kekuatan tersirat kedua yang menjadi kekuatan juga bagi untuk umat Islam.

Ajarannya terus menguasai dan akan bangkit sekali lagi untuk memerintah dunia seluruhnya. Grand design oleh Allah dan Rasul ini adalah percaturan paling hebat, membuat musuh-musuh-Nya akhirnya menyerah diri kepada Allah dan menerima agama Muhammad.

Kepemimpinan Mujaddid

Tercatat dalam sejarah, jemaah yang dipimpin oleh mujaddid luar biasa kepemimpinannya. Allah membantu mereka dengan memberi bekal ilmu, kemampuan dan kegigihan yang luar biasa sehingga para pemerintah di zamannya segan dan takut terhadap jemaah dan pimpinannya. Allah membekalkan ilmu ilham dan karamah kepadanya dalam memperjuangkan agama Allah.

Mereka sangat berwibawa karena ketakwaan mereka. Para pengikut mereka pun walaupun sedikit, sangat taat dan setia, kuat beramal dan dapat menegakkan Islam yang menyeluruh (syumul) dalam jemaah.

Para Mujaddid Yang Telah Diutus

Sudah ada sekurang-kurangnya 13 mujaddid yang datang di setiap awal kurun Hijrah yang sudah berlangsung selama 14 kurun, sejak kewafatan Rasulullah SAW. Mereka itu ialah (menurut susunan kedatangan mereka):

  1. Khalifah Umar Ibnu Aziz (mujaddid pertama, datang pada awal kurun kedua Hijrah)
  2. Imam Syafie
  3. Imam Abu Hassan Asyaari dan Ibnu Suraij Al Iraqi
  4. Imam Al Baihaqi dan Syeikh Abdul Hamid Isfaraini Asy Syafie
  5. Imam Al Ghazali
  6. Imam Fakhrurrazi
  7. Ibnu Daqiqi ‘Id
  8. Al Balqini
  9. Imam As Sayuti
  10. Imam Muhammad Ar Ramli
  11. Abdullah Salim Al Basri
  12. Ad Dardiri
  13. Asy Syarqawi

Khalifah Umar Ibnu Aziz: Kedatangannya untuk memperbarui sistem pemerintahan yang sudah rusak di zamannya. Keadilan dan ketakwaannya mampu menundukkan manusia kepada Allah bahkan kambing dan serigala pun dapat berkawan.

Imam Syafie: beliau datang untuk mengaktifkan kembali amalan syariat dengan memperkenalkan kaedah ijtihad dan bagaimana meng'istinbat' hukum. Dari beliaulah lahirnya penemuan-penemuan kaedah baru untuk menghidupkan agama di zamannya. Pendekatan secara ijtihad ini adalah khusus untuk umat Islam di zaman itu. Penemuan kaedah ini janganlah kita anggap hasil fikiran atau hasil pengajian Imam Syafie di zamannya. Sebenarnya apabila Allah dan Rasul menyatakan adanya mujaddid di setiap awal kurun, artinya mujaddid itu dipantau oleh Allah dan Rasul. Apa yang datang dari mereka itu adalah bikinan dan ciptaan Allah dan Rasul.

Imam Ghazali: menyatukan kembali syariat, tasawuf dan tauhid yang sudah terpisah-pisah. Gabungan tiga bidang ilmu yang dibuat dalam Al Quran dan Hadist oleh Allah dan Rasul terpecah-pecah dalam beberapa kurun (abad) kemudian. Lalu tanggung jawab Allah dan Rasul-lah memperbaiki kembali kerusakan dengan cara mengutus orang-Nya sebagai mujaddid.

Imam Abu Hassan Asyaari: mengeluarkan kaedah pengajaran ilmu tauhid secara falsafah berdasarkan dalil aqli dan naqli. Terkenal kaedahnya sebagai ilmu sifat 20.

Imam Fakhruddin Ar Razi: menguraikan cara bagaimana kaedah mentafsirkan Al Quran dan bagaimana menguraikan maksud-maksud yang halus dan tersirat dari ayat Al Quran.

Imam Sayuti: menguraikan bagaimana imam mujtahid berijtihad.

Demikianlah di antara karamah-karamah besar yang Allah rezekikan kepada para mujaddid untuk membangunkan atau menghidupkan semula agama di awal setiap kurun. Di sini kita dapat berfikir, terhadap orang-Nya masakan Allah dan Rasul tidak berhubungan, sedangkan misi mujaddid ialah misi Allah dan Rasul. Ini juga adalah mukjizat Nabi Muhammad yang sangat besar yang terjadi sesudah kewafatan baginda. Sebenarnya roh mujaddid-mujaddid itu senantiasa bersama roh Rasulullah SAW.

Para mujaddid sebenarnya adalah umpama para nabi di zaman ada nabi. Yaitu peranannya bukan membawa syariat baru. Mereka menyampaikan syariat Rasulullah untuk setiap seratus tahun sekali supaya setiap umat sepanjang 100 tahun itu mendapat sentuhan Nabi mereka melalui mujaddid. Demikianlah rahmat dan keadilan Allah supaya setiap orang diberi kesempatan atau peluang untuk selamat dari api Neraka. Oleh sebab itu siapa saja yang hidup di zaman adanya petunjuk baik itu rasul, nabi atau mujaddid tapi tidak mengikuti petunjuknya maka dia tidak akan selamat hidupnya di dunia maupun Akhirat.

Artikel ini adalah bagian dari buku Abuya Hj Ashaari Muhammad Adalah Putera Bani Tamim karangan dari Mohd.. Nizamuddin bin Haji Asaari, putera dari Abuya Hj Ashaari Muhammad at Tamim

No comments:

Post a Comment