Thursday, March 22, 2012

Kisah-kisah Karamah Wali Allah


..


* Pendahuluan

* Biografi Syekh Yusuf
bin Ismail an Nabhani

* Guru-guru Syekh Yusuf
bin Ismail an-Nabhani

Buku ini judul aslinya adalah Jami' Karamat al-Aulia'. Buku ini diterbitkan beberapa kali di Indonesia dalam beberapa judul, antara lain Kisah-kisah Karamah Wali Allah dan Mukjizat Para Wali Allah. Pengarangnya adalah Yusuf bin Ismail an-Nabhani.

Membaca buku ini insya Allah kesedihan dan ketakutan diri kita akan sirna. Jangan pernah bersedih lagi, betapa para wali tidak pernah bersedih dan takut menghadapi apapun yang ada. Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Karena janji Allah tidak pernah ingkar.

Rasulullah Saw. dalam sabdanya, Sesungguhnya ada golongan hamba Allah yang bukan termasuk nabi dan bukan syuhada (syahid), yang pada hari kiamat nanti mereka menempati tempat para nabi dan syuhada. Para sahabat lalu bertanya, Ya, Rasulullah, beritahu kami siapa mereka itu? Apa pekerjaan mereka ? Semoga kami bisa mencintai mereka. Nabi menjawab, Mereka adalah satu kaum yang saling mencintai karena Allah, bukan karena hubungan satu rahim, juga bukan karena harta yang mereka miliki. Demi Allah, wajah mereka bercahaya. Mereka berada di atas mimbar cahaya, mereka tidak pernah takut ketika orang-orang ketakutan, mereka juga tidak bersedih ketika orang-orang merasa sedih (HR. Umar bin Khattab).

Buku ini merupakan khazanah yang luar biasa tentang fenomena karamah wali-wali Allah yang dihimpun dari banyak sumber klasik karya para wali dan ulama yang diakui kapabilitasnya di seluruh penjuru dunia. Di dalamnya, karamah dibahas secara rinci dan jelas, didukung argumen kuat dari Al-Qur’an, Sunnah, dan peristiwa-peristiwa nyata yang diriwayatkan secara sahih. Dalam buku ini juga menuturkan tentang konsep dan landasan karamah, mukjizat Nabi Muhammad Saw. sebagai wali Allah yang paling agung, dan karamah sahabat-sahabatnya. Kisah-kisah ajaib tentang mereka semoga dapat menjadi bahan renungan kita untuk menambah keimanan kepada Allah dan meneladani kepatuhan mereka kepada-Nya, kearifan, kebersahajaan, dan kerendahan hati mereka yang telah dianugerahi kemuliaan.

PENDAHULUAN

surat:10 ayat:62 surat:10 ayat:63 surat:10 ayat:64

Ingatlah! sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak merasa takut dan sedih. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. (QS Yunus [10]: 62-64)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji bagi Allah, Tuhan penguasa seluruh alam, Zat yang memuliakan hamba-hamba-Nya yang saleh yang Dia kehendaki dengan menganugerahkan berbagai karam ah, yang merupakan bagian dari mukjizat para nabi yang diutus dan bukti kebenaran agama-Nya yang lurus. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke haribaan Rasul yang utama, penghulu segenap makhluk, junjungan kita Muhammad yang jujur lagi tepercaya, yang dianugerahi Allah mukjizat paling banyak bila dibandingkan dengan seluruh nabi dan rasul. Beliau adalah wali termulia di tengah-tengah umatnya dengan karamah paling sempurna dibandingkan dengan wali-wali yang mendahuluinya.

Kitab ini saya beri judul Jami' Karamat al-Auliya' (Karamah-karamah wali Allah), karena dalam kitab ini, saya menghimpun karamah para wali yang belum pernah dibukukan sebelumnya. Setiap karamah umumnya saya sandarkan pada pemilik aslinya, kalau ia dikenal atau —ini jarang sekali— saya nisbatkan pada periwayatnya, jika nama wah itu tidak begitu dikenal orang. Setiap karamah saya rujukkan pada kitab yang saya kutip, kecuali yang saya saksikan sendiri atau saya dengar langsung dari seseorang yang telah menyaksikannya secara langsung.

Saya menyebutkan beberapa referensi yang banyak saya kutip, agar dapat diketahui bahwa tidak ada kesamaan dalam bab-babnya dan supaya tidak ada satu karamah yang dilekatkan pada orang yang tidak memilikinya. Kitab-kitab tersebut di antaranya:

  1. Misykat al-Mashabih karya Waliyyuddin al-Tabrizi (disusun tahun 737 H.). Dari kitab ini saya mengutip kurang lebih seratus hadis tentang mukjizat.
  2. Al-Tafsir al-Kabir karya Fakhruddin al-Razi (wafat tahun 606 H.). Dalam pendahuluan, saya mengutip penjelasan Al-Razi tentang ketetapan karamah para wali, termasuk juga karamah para sahabat Nabi.
  3. Al-I'tibar karya Amir Usamah bin Munqidz (wafat tahun 584 H. di Damaskus).
  4. Al-Risalah al-Qusyairiyyah karya Abu al-Qasim al-Qusyairi (wafat tahun 465 H. di Naisabur).
  5. Mishbah al-Zhallam fi al-Mustaghitsin bi Khair al-Anam 'alaihi al-Shalat wa al-Salam karya Abu 'Abdullah bin al-Nu'man al-Marakisyi (wafat tahun 683 H.).
  6. Ruh al-Quddus, Al-Futuhat al-Makiyyah, Mawaai' al-Nujum, dan Al-Muhadharat karya Al-Syaikh al-Akbar Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi (wafat tahun 636 H.).
  7. Raudh al-Rayyahin dan Nasyr al-Mahasin karya Imam al-Yafi'i (wafat tahun 768 H.).
  8. Tuffah al-Arwah karya Kamaluddin Muhammad bin Abi Hasan 'AU al-Siraj al-Rifa'i al-Qursy al-Syafi'i (hidup pada abad ke-8 H., satu masa dengan Al-Subki dan Ibnu Taimiyyah). Kitabnya yang berjudul Karamat al-Auliya' terdiri dari 2 jilid, tetapi yang saya temukan hanya jilid pertama.
  9. Syarh al-Hikam al-'Athaiyyah karya 'Arif bin 'Ibad (wafat tahun 792 H)
  10. Tuhfatul Ahbab karya Al-Sakhawi yang membicarakan wah-wali yang dimakamkan di Mesir. Al-Sakhawi hidup pada abad ke-9 H., ia bukanlah Al-Hafidz al-Sakhawi yang terkenal itu.
  11. Ayisyarai U Amakin al-Ziyarat fi Dimasyqa al-Syam karya Ibnu al-Haurani, hidup pada abad ke-11 H.
  12. Tuhfah al-Anam fi Fadhail al-Syam karya Syaikh Jalaluddin al-Bishyri al-Dimasyqi, disusun pada tahun 1002 H.
  13. Thabaqah al-Khaiuwash min Ahli al-Yaman karya Imam Zainuddin Abil 'Abbas Ahmad bin Ahmad bin 'Abdil Lathif al-Syarji al-Zubaidi, penyusun Mukhtashar al-Bukhari (wafat tahun 893 H. di daerah Zubaidi, Yaman).
  14. Al-Anas al-Jalil karya Qadhi 'Abdurrahman al-'Alimi al-Hanbali (wafat tahun 927 H.).
  15. Al-Syaqaiq al-Nu'maniyyah karya Thasyi Kubra(wafat tahun 893 H).
  16. Syarhu Ta'iyyah Ibn Habib Ashafdi dan Nasamat al-Ashar fi Karamat al-Auliya' al-Akhyar karya Sayyid Syaikh 'Ulwan al-Hamwi. Ia wafat pada 936 H. meninggalkan kitab Nasamat al-Ashar yang belum selesai disusun, seolah-olah baru berupa pendahuluan sebuah buku yang masih perlu disempurnakan.
  17. Qala'id al-Jawahir fi Manaqib Syaikh Abdil Qadir karya Syaikh Muhammad bin Yahya al-Tadzfi al-Hanbali (wafat tahun 963 H.).
  18. Al-Minan al-Kubra, Al-Bahr al-Maurud, Al-Ajwibat al-Mardhiyyah, dan Al-Thabaqah al-Kubra karya Imam 'Abdul Wahhab al-Sya'rani (wafat tahun 973 H.).
  19. Al-Thabaqah al-Kubra dan Al-Thabaqah al-Shughra karya Imam al-Munawi (wafat tahun 1001 H.).
  20. Al-Ibriz fi Manaqib Sayyid 'Abdil 'Aziz al-Dibaghi karya Ibnu al-Mubarak al-Fasi, mulai disusun tahun 1129 H.
  21. Al-Musyri' al-Rawi fi Manaqib Sadatina 'Ali Ba'alwi karya salah seorang ulama besar, Sayyid Muhammad bin Abi Bakar al-Syali Ba'alwi (wafat tahun 1093 H.).
  22. Al-Kawakib al-Sairah fi A'yan al-Mi'ah al-'Asyirah karya Syaikh Muhammad Najmuddin al-Ghazi (wafat tahun 1061 H. di Damaskus Syam).
  23. Nafhu al-Thayyib karya Syihab Ahmad al-Muqri (wafat tahun 1041 H)
  24. Khulasat al-Atsar fi A'yan al-Qarni al-Hadi 'Asyara karya Al-Muhibbi (wafat tahun 1111 H. di Damaskus).
  25. Khulasat al-Atsar fi A'yan al-Qarni al-Tsani 'Asyara karya Sayyid Muhammad Khalil al-Muradi, seorang mufti Syam (wafat tahun 1206 H.).
  26. Tarikh Mishra karya 'Abdurrahman bin Hasan al-Jabaruti (wafat tahun 7 H.).
  27. Syarh al-Thariqah al-Muhammadiyyah karya Syaikh 'Abdul Ghani al-Nablusi (wafat tahun 1144 H.).
  28. Syarh al-Burdah karya Syaikhuna Hasan al-'Adwi al-Mishra (wafat tahun 1303 H. di Mesir).
  29. Hadaia al-Wardiyyah fi Haqaiq Ajla'i al-Naqsyabandiyyah karya Syaikh 'Abdul Majid, putra dari Syaikh Muhammad al-Khani al-Naqsyabandi (wafat tahun 1317 H. di Konstantinopel).
  30. Manaqib al-Quthbi al-Kabir Sayyid Syamsuddin al-Hanafi al-Mishri, disusun oleh Syaikh 'AU bin 'Umar al-Batnuni, karena saking ringkasnya maka kemudian disempurnakan dengan mengutip dari Thabaqah al-Sy a'rani,
  31. 'Umdat al-Tahqiq fi Basyairi 'Ali al-Shiddiq karya Syaikh Ibrahim al-'Abidi al-Maliki,
  32. Manaqib al-Quthbi Syamsuddin al-Hifni al-Mishri karya Syaikh Hasan Syammatul Mishri al-Fawi (murid Syaikh Syamsuddin).
  33. Manaqib al-Quthbi Sayyidi al-Syaikh Muhammad al-Jasri al-Tharabulusi karya putranya sendiri yaitu Al-'Allamah Syaikh Husain al-Maujud al-'An.
  34. Juga kitab saya sendiri Hujjatullah 'ala al-'Alamin yang sebagiannya saya kutip dari Al-Thabaqah karya Al-Subki. Kitab tersebut dipinjam oleh seseorang dari Mesir untuk dicetak beberapa tahun yang lalu, tetapi sampai sekarang belum juga kembali dan belum juga dicetak. Hanya Allah tempat memohon pertolongan.

Karamah para wali dalam kitab ini saya kutip dari 40 kitab lebih yang disusun oleh para wali agung, ulama-ulama agung yang diakui eksistensinya di seluruh penjuru dunia. Saya juga terkadang mengutip dari beberapa kitab lain dengan menyebut nama penyusunnya saja. Satu karamah terkadang dijelaskan dalam beberapa kitab. Dalam hal ini, saya cukup mengutip dari satu kitab saja. Misalnya, saya mengutip satu karamah dari kitab Al-Munawi, kemudian saya menemukan karamah tersebut juga ada dalam kitab Al-Thabaqah karya Al-Zubaidi yang lebih dulu ditulis daripada kitab Al-Munawi. Kemudian saya menemukannya lagi dalam kitab Al-Yafi'i yang lebih dahulu ditulis daripada kitab karya Al-Zubaidi. Maka saya akan tetap menggunakan kutipan saya yang pertama yakni dari kitab al-Munawi meskipun kitab yang saya kutip ditulis lebih belakangan.

Menurut saya, karamah-karamah yang disebutkan dalam kitab ini tidak kurang dari sepuluh ribu, mungkin pemilik karamah ini ada sekitar 1400-an wali, termasuk para sahabat Nabi dan orang-orang setelannya hingga saat kitab ini disusun, yang notabene tokoh-tokoh besar tak terkecuali beberapa karamah orang-orang yang tidak dikenal yang dijelaskan dalam penutup. Saya tidak membaca kitab-kitab berisi karamah dan cerita para wali yang ditulis dengan metode para muhadditsin seperti kitab Al-Zuhud karya Imam Ahmad, Hilyat al-Auliya' karya Abu Na'im, Shufuwwat al-Shufuwwah karya Ibnu Al-Jauzi, serta Karamat al-Auliya' karya Abu Muhammad al-Khilal, Ibnu Abi Dunya, dan Al-Lalakai. Kalaupun saya mengutip dari sebagian kitab tersebut, maka sesungguhnya saya mengutip dengan perantaraan orang yang mengutip darinya seperti Al-Munawi dan yang lain.

Perlu diketahui bahwa setiap karamah wali merupakan mukjizat bagi nabinya, seperti akan dijelaskan dalam pembahasan. Karamah para wali dari umat Muhammad Saw. adalah mukjizat yang membuktikan kebenaran dan kesahihan agama yang diemban Nabi. Inilah misi yang terkandung dalam penyusunan kitab ini, agar menjadi tambahan untuk kitab saya Hujjatullah 'ala al-'Alamin fi Mukjizat Sayyid al-Mursalin Saw. Tujuan penyusunan kitab ini bukan semata-mata untuk mengutip cerita-cerita historis dan hikayat yang dituturkan, untuk menimbulkan kesan kekaguman dengan karamah yang dianugerahkan Allah pada hamba-hamba-Nya yang khawwas (elit spiritual), yakni para sufi. Tujuan sebenarnya merujuk pada diri alim ulama dan orang-orang pilihan itu sendiri. Barangsiapa meyakini para wali dan meminta barakah melalui cerita-cerita dan atsar mereka, serta penyebaran karamah-karamah mereka, pada hakikatnya telah berusaha memperkuat keimanan kepada Allah dan kekuasaan-Nya yang maha dahsyat, juga memuliakan hamba-hamba-Nya yang saleh dan taat. Hal tersebut bermanfaat untuk mengokohkan kebenaran agama yang lurus dan mengakui kebenaran junjungan kita Nabi Muhammad Saw. sebagai penghulu para rasul yang paling bermanfaat, tinggi, dan agung. Dengan demikian, meyakini para wali dan karamah-karamahnya di samping akan menimbulkan keimanan bagi orang yang tidak beriman, juga akan semakin memperkuat iman bagi orang yang sudah beriman. Inilah tujuan utama penulisan kitab ini. Segala puji hanya milik Allah, penguasa segenap pujian.

Saya mengurutkan nama-nama wali pemilik karamah secara alfabetis. Pada umumnya, setiap huruf diurutkan berdasarkan masa hidup wali, sebagian lagi diprediksi jika saya tidak mengetahui tahun wafatnya. Karamah-karamah yang tidak diketahui nama pemiliknya saya letakkan di bagian penutup, tetapi saya mengutipnya dari para periwayat dan penulis kitab yang tepercaya. Bab pendahuluan merupakan bagian yang sangat penting, yang menjelaskan maksud dan faedah karamah para wah, ketetapan karamah dan jenis-jenisnya, serta tingkatan-tingkatan wali, sehingga kitab ini menjadi sebuah kitab yang ringkas.
Saya menyertakan lebih dari 100 hadis yang berkaitan dengan mukjizat Nabi Muhammad Saw., baik yang shahih maupun hasan (dalam terjemahan ini, 100 hadis tersebut diklasifikasikan dalam beberapa tema). Saya tampilkan pula hadis-hadis tentang karamah 54 sahabat menurut urutan abjad, juga karamah wali-wali yang bernama Muhammad untuk mengagungkan nama yang mulia ini, seperti yang dilakukan oleh para sejarahwan, di antaranya Imam Nawawi dalam Tahdzib al-Asma' wa al-Lughat. Beberapa wah yang tidak saya ketahui nama aslinya dan terkenal dengan nama kunyah atau laaab (gelar), maka yang saya gunakan adalah nama tenarnya, diikuti penyebutan nama aslinya.

Sebelum memulai pembahasan, saya akan mengutarakan beberapa catatan yang perlu diketahui oleh pembaca kitab ini:

  1. Nama-nama wali pemilik karamah dalam kitab ini diurutkan secara alfabetis, dengan pertimbangan nama semata tanpa memperhatikan sifat-sifatnya. Bila ada beberapa nama yang sama, maka penentuan yang didahulukan atau diakhirkan tergantung pada sejarahnya dengan mempertimbangkan masa hidupnya. Untuk orang-orang yang tidak diketahui masanya, saya beri keterangan "ini perkiraan", mungkin kalau saya mau bersusah payah untuk melacak, saya akan menemukan sejarah dan waktu wafat sebagian dari mereka. Namun kesibukan menghalangi saya untuk melakukan kegiatan tersebut. Banyak pemilik karamah yang dikenal dengan nama kunyah (julukan dengan menggunakan kata Abu, Ummu, atau Ibnu), laqab (gelar kehormatan), atau nasab (keturunan) mereka tanpa saya ketahui nama asli mereka. Saya menyebut mereka berdasarkan urutan huruf yang sesuai dengan sifat mereka yang paling dikenal, baik laqab maupun kunyahnya. Tidak mungkin nama kuniyah Abu al-Hasan, lalu saya sebut 'Ali, bila dalam referensi tidak ada penjelasan nama 'Ali. Kuniyah menunjukkan bahwa itulah namanya. Ada juga wali yang mempu nyai dua nama kunyah dan laqab secara bersamaan, bila demikian, saya menjelaskan karamah berdasarkan huruf yang sesuai dengan nama itu, karena mengikuti sifat yang lebih dikenal.
  2. Kadang-kadang saya meringkas penjelasan tentang karamah wali dengan mengemukakan substansi biografinya saja, adakalanya karena metode buku rujukan, tetapi adakalanya karena begitu banyaknya karamah yang dimilikinya dan karena sudah terkenalnya sang wali. Jika demikian, maka saya berupaya meringkas dan tidak berpanjang lebar menuturkannya. Misalnya beberapa karamah Sayyid 'Abdul Qadir al-Jailani, Sayyid Muhammad Hanafi, Sayyid Muhammad al-Hifni, Sayyid Muhammad al-Jasr al-Tarabulusi, dan lain sebagainya. Mereka memiliki banyak karamah yang diceritakan dan masyhur dalam beberapa kitab yang disusun khusus tentang karamah.
  3. Jika ada wali pemilik karamah yang sudah diketahui tanggal wafatnya namun tidak dituliskan, maka akan dikemukakan tanggal wafatnya setelah penjelasan tentang karamahnya. Penambahan tersebut tentu bukan suatu kesalahan.
  4. Semua orang menjelaskan biografi para wali dengan sumber penyaksian langsung. Saya mengumpulkan dan mengutip sebagian karamah tersebut dari mereka. Saya menyaksikan dan meyakini kewalian dan karamah mereka karena kesaksian saya kepada para penutur cerita itu. Mereka mengetahui hakikat dan rahasia-rahasia Allah. Demi Allah, saya sendiri bukan orang yang memiliki kewalian secara khusus dan bukan ahli kasyf, sehingga saya bisa mengetahui para wali Allah dengan pengetahuan sejati. Barang-siapa sepakat dengan prasangka baik saya, maka itulah yang saya kehendaki. Namun, jika tidak, maka semoga Allah mengampuni saya dan dirinya. Maha Suci Allah dari segala sesuatu. Dia mengetahui segala ciptaan, sementara kita meng-hukumi sesuatu secara lahiriah. Allah-lah pelindung kegaiban. «


Biografi Syekh Yusuf bin Ismail an Nabhani

Yusuf al-Nabhani adalah ulama yang sangat alim, cerdas, wara', pemberi hujjah, takwa, dan ahli ibadah. Ia selalu menyenandungkan cinta dan pujian untuk Rasulullah Saw dalam bentuk tulisan, kutipan,riwayat, karangan, dan kumpulan syair. Nama lengkapnya adalah Nasiruddin Yusuf bin Isma`il al-Nabhani, keturunan Bani Nabhan, salah satu suku Arab Badui yang tinggal di Desa Ijzim, sebuah desa di bagian utaraPalestina, daerah hukum kota Haifa yang termasuk wilayah Aka, Beirut.

Al-Nabhani lahir pada 1265 H dan dibesarkan di Ijzim. Ia menghafal Al-Qur'an dengan berguru kepada ayahandanya sendiri, Isma'il bin Yusuf, seorang syaikh berusia 80 tahun. Pada usia lanjut, Isma`il bin Yusuf masih dikaruniai akal, pancaindra, kekuatan, dan hafalan yang sempuma, rajin beribadah, dan bacaan Al-Qur'an-nya sangat bagus. Setiap tiga hari sekali, Isma`il mengkhatamkan Al-Qur'an, hingga khatam tiga kali dalam seminggu. Keistimewaan dan kelebihan ini sangat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan pribadi Yusuf al-Nabhani, yang selalu dibekali hidayah dan ketakwaan dari ayahnya yang saleh di lingkungan yang bersih dan suci.

Selesai mengkhatamkan hafalan Al-Qur'an, Yusuf al-Nabhani disekolahkan orang tuanya ke Al-Azhar, dan mulai bergabung pada Sabtu awal Muharram 1283 H. Ia tekun belajar dan menggali ilmu dengan baik dari imam-imam besar dan ulama-ulama umat yang kritis dan ahli ilmu syariat dan bahasa Arab dari empat imam madzhab.

Ia sangat tekun berikhtiar dan meminta bimbingan kepada orangorang berilmu tinggi yang menguasai dalil aqli dan naqli, sehingga ia dapat mereguk samudra ilmu mereka dan mengikuti metode keilmuan mereka. Hal ini berlangsung sampai bulan Rajab 1289 H. Kemudian ia mulai berkelana meninggalkan Mesir untuk ikut serta menyebarkan ilmu dan mengabdi kepada Islam, agar bermanfaat bagi kaum muslimin dan meninggikan mercusuar agama.

Ketika namanya semakin terkenal, bintangnya semakin bersinar, dan banyak orang mendapatkan bimbingan dan petunjuk darinya, ia diangkat sebagai pejabat pengadilan di wilayah Syam, dan akhirnya menjadi ketua Pengadian Tinggi di Beirut. Pekerjaannya itu dijalaninya dengan penuh kesungguhan dan niat menolong serta dianggapnya sebagai ibadah disertai niat yang tulus ikhlas. Hatinya senantiasa berzikir dan membaca Al-Qur'an, banyak bershalawat untuk Rasulullah Saw., keluarga, dan sahabat-sahabat beliau. Yusuf al-Nabhani selalu mengisi waktu malam dan siangnya dengan melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah tanpa henti, bosan, atau lupa. Tak terhitung banyaknya peristiwa luar biasa yang terjadi padanya, peristiwa-peristiwa yang hanya dikhususkan untuk para wali dan hamba Allah yang selalu dekat dengan-Nya.

la juga tidak meninggalkan aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan orang-orang yang luhur dan dicintai, yakni menyusun dan mengarang berbagai kitab yang sangat mengagumkan. Imam besar ini diyakini mendapatkan ilham kebenaran dari Allah. Kitab-kitabnya yang bernilai tinggi dan agung membahas berbagai disiplin ilmu; ilmu hadis, sejarah Nabi, pujian untuk Nabi, tafsir, pembelaan terhadap Islam, pujian kepada Allah Swt., kisah-kisah tentang wali-wali Allah dan orang-orang khusus-Nya, dan lain sebagainya. Kitab-kitab tersebut tidak mungkin lahir dari kemampuan individualnya belaka, tetapi dibantu dengan karamah, kekuatan, dan pertolongan dari Allah Swt. Jika Allah mencintai hamba-Nya yang benar, maka Dia menjadikan pendengaran-Nya sebagai pendengaran hamba- Nya, dan penglihatan-Nya sebagai penglihatan-hamba-Nya.

Guru-guru Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani

Yusuf al-Nabhani mereguk samudra ilmu dan imam-imam ternama di Al-Azhar. Di antaranya adalah:
  • Syaikh Yusuf al-Barqawi al-Hanbali, syaikh pilihan dari mazhab Hanbali
  • Syaikh Abdul Qadir al-Rafi'i al-Hanafi al Tharabulusi, syaikh pilihan dari masyarakat Syawam
  • Syaikh Abdurrahman al-Syarbini al-Syafi`i
  • Syaikh Syamsuddin al-Ambabi al-Syafi'i, satu-satunya syaikh pada masanya yang mendapat julukan Hujjatul Ilmi dan guru besar Universitas Al-Azhar pada masa itu. Dan gurunya ini, Yusuf al-Nabhani belajar Syarah Kitab al-Ghayah wa al-Tagrib fi Fighi al-Syafi`iyyah karya Ibnu Qasim dan Al-Khathib al-Syarbini, dan kitab-kitab lainnya dalam waktu 2 tahun.
  • Syaikh Abdul Hadi Naja al-Ibyari (wafat tahun 1305 H.)
  • Syaikh Hasan al-'Adwi al-Maliki (wafat tahun 1298 H.)
  • Syaikh Ahmad al-Ajhuri al-Dharir al-Syafi`i (wafat tahun 1293 H.)
  • Syaikh Ibrahim al-Zuru al-Khalili al-Syafi'i (wafat tahun 1287 H.)
  • Syaikh al-Mu'ammar Sayyid Muhammad Damanhuri al-Syafi`i (wafat tahun 1286 H.)
  • Syaikh Ibrahim al-Saga al-Syafi'i (wafat tahun 1298 H) Darinya, Yusuf al-Nabhani mempelajari kitab Syarab `al-Tahrir dan Manhaj karya Syaikh Zakaria al-Anshari al-Syafi`i, berikut catatan pinggir kedua kitab tersebut, selama tiga tahun, hingga Al-Nabhani dianugerahi ijazah sebagai pertanda atas kapasitas dan posisi keilmuannya.

No comments:

Post a Comment