“Contohnya dulu pada awal-awal Revolusi, begitu getolnya pemerintahan Iran mengatakan bahwa Amerika dan Rusia adalah setan. Tapi sekarang penguasa Iran bekerjasama dengan pemerintah Rusia, Amerikanya sudah tidak. Bukan tidak mustahil besok juga berubah, Iran bergandengan dengan Amerika bermusuhan dengan Rusia. Inilah politik luar negeri. Jadi tidak bisa dipercaya,” ujarnya panjang lebar kepada Eramuslim.com seusai memberikan kajian “Ada Apa dengan Syiah”, Sabtu (14/01) di Mesjid Darussalam Komplek Griya Tugu Asri, Depok.
Menurutnya, opini yang kadung berkembang bahwa Iran adalah negara yang kuat perlawananya terhadap Barat bukanlah standar untuk kita layak menjuluki Iran sebagai negara pemberani.
“Tidak, saya katakan tidak. Karena apa? Dulu kita terkecoh seolah-olah memang benar Khomeini melawan Amerika. Tapi tiba-tiba dalam perang Irak, Iran terlibat skandal Irangate, dimana Iran melakukan pembelian senjata yang disponsori Amerika,” tambahnya yang merampungkan Disertasi mengenai Syiah di Jawa Timur.
Kita ketahui bersama Amerika pernah terlibat skandal dengan Iran dimana Ronald Reagen, (yang kala itu menjadi Capres) pernah berpura-pura memerangi Khomeini, akan tetapi di belakang layar justru Amerika gencar mengirimkan senjata-senjata mutakhir untuk memenangkan Khomeini. Lewat investigasi berkepanjangan akhirnya skandal Iran Gate ini pun akhirnya terbongkar. Reagan dianggap menjurus pada tindakan kriminal, terlebih telah melibatkan CIA dan Partai Republik dengan seluruh kegiatannya menjalin hubungan dengan Iran. Reagan pun akhirnya membuat pernyataan resmi kepresidenan tentang hubungan AS-Iran. Dikatakan tidak ada masalah apa pun dalam hubungan kedua negara. Negeri ini juga tidak lagi memberi indikasi teror yang mengancam AS.
“Jadi politik Luar Negeri memang seperti itu, bisa berdusta disana-disini dan berlindung demi kepentingan, politik dalam negerinya,” lanjut Prof. Baharun yang juga menjadi Rektor Universitas Nasional PASIM Bandung ini.
Hal ini juga berlaku kepada kepada Israel. Menurut Prof. Baharun perlawanan klaim bahhwa Iran memusuhi Israel tidak bisa dibuktikan. Ia mempertanyakan apa sebenarnya sumbangan Iran selama ini kepada Palestina. Tidak lebih hanya mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak ada manfaatntya bagi pembebasan tanah Palestina. Termasuk juga sayap militer Syiah, Brigade Hizbullah.
“Hizbullah ini apa? Setelah berkuasa di Libanon, ya sudah diam. Dan tidak pernah berkompromi dengan kekuatan politik disana, yaitu Sunni,” tegasnya.
Oleh karena itu, menurutnya betullah sebuah pepatah Arab yang mengatakan politik itu dibangun dengan kepentingan. “Jadi kita lihat saja, ke arah mana kepentingan itu akan dibangun oleh Iran. Jadi menurut saya perubahan politik di Iran tidak perlu dikomentari, pasti berubah-ubah,” tandasnya. (Pz)
No comments:
Post a Comment